Jumat, 27 Desember 2013

Kutu Loncat

Judul diatas mempunyai  arti seorang karyawan yang sering berpindah pekerjaan, kadang beberapa bulan atau setahun sudah pindah ke perusahaan lain untuk alasan apapun.  Tergantung dari karakter orang tersebut dan apa yang menjadi latar belakang atau visi dia bekerja itu apa, hal inilah yang akan membuat seseorang itu dapat beradaptasi dengan lingkungan, membuat rencana karir dengan menimba ilmu di perusahaan tempatnya bekerja.

Dilain pihak, bagi perusahaan – penting untuk memberikan job desk yang jelas kepada setiap karyawan baru dan melakukan evaluasi kinerja pada setiap 6 bulan atau 1 tahun.  Sehingga karyawan merasa jelas apa yang diharapkan dari dirinya dan apa yang belum tercapai dalam kurun waktu tertentu.

Penting juga untuk memberikan arah usaha perusahaan akan kemana.  Apa yang menjadi target perusahaan dalam waktu dekat dan 5 tahunan, sehinggga karyawan tahu apa peran dia untuk mencapai target tersebut dan termotivasi untuk bekerja lebih baik.  Jadi bila ada karyawan yang keluar hanya setelah beberapa bulan bekerja, jangan langsung menyalahkan karyawan saja, tetapi ini adalah saat dimana pemilik perusahaan menganalisa hal2 apa yang belum dilaksanakan.   Karena karyawan bekerja bukan hanya untuk mencari uang misalnya, tapi orang mencari karir, pengetahuan, networks, gengsi, atau sense of achievement.

Bagi karyawan, kalau pindah2 perushaaan hanya pada posisi yang sama, untuk apa dilakukan.  Setiap pindah perusahaan seyogyanya merupakan peningkatan dari posisi sebelumnya, sehingga worth trying.   Oleh sebab itu kalau anda seorang Kutu Loncat, coba pertimbangkan sebelum loncatan anda menjadi hal yang kurang membawa arti bagi karir anda kedepannya.

Pasar sudah Jenuh

Sudah beberapa tahun terakhir kalangan perusahaan IT sering sekali melakukan pendekatan kepada pelanggan dengan cara seminar, pameran, yang kemudian membuat profesional IT jenuh.  Database perusahaan di seputar Jabodetabek sudah jenuh setiap bulan menerima undangan dari principal IT yang bisa mencapai lebih dari 10 udangan per bulannya.  Dari segi mereka, tentu sangat tidak masuk akal setiap minggu ada staff IT keluar kantor tidak bekerja untuk hadir di seminar.  Bagaimana harus minta izin ke atasan atau bagaimana bisa sering2 keluar kantor seharian?

Pada beberapa kesempatan saat team kami menelpon pelanggan untuk RSVP undangan dari salah satu client, banyak yang mengeluh karena terlalu sering diundang, atau baru saja menghadiri acara serupa minggu sebelumnya.  Pada kasus-kasus seperti ini biasanya mereka langsung menolak untuk mendaftar.  Dilain pihak penyelenggara berusaha keras untuk memenuhi target registrasi dan kehadiran dengan berbagai cara.  Tapi coba lihat dan analisa profil mereka yang hadir apakah mengalami perbaikan.  Perlu juga di analisa apakah pendekatan ini masih bisa dilanjutkan dan menghasilkan sesuatu yang diharapkan?  Boleh jadi kualitas peserta seminar jadi merosot, atau pesan tidak sepenuhnya diserap oleh kelompok yang diharapkan.

Dari pengalaman, pada suatu hari seorang pelanggan memberikan waktu untuk memberikan input: “kami sudah menghadiri event yang besar minggu lalu, kan secara internal kami harus mengkaji bagaimana solusi yang kami serap di seminar itu bisa bermanfaat bagi perusahaan kami.  Ini butuh waktu, dan proses.” Beliau seakan-akan ingin mengatakan bagaimana pekerjaan bisa selesai kalau harus menghadiri seminar terus menerus. 

Dalam kondisi pasar yang jenuh dengan banyaknya seminar IT yang diselenggarakan, pelanggan akan semakin selektif untuk memilih dimana dia akan hadir.  Lalu bagaimana solusinya?

Sudah saatnya para principal IT menggunakan pendekatan atau channel yang berbeda.  Misalnya menciptakan paket solusi dengan diskon menarik yang disebar luaskan melalui social media atau online advertising, mengingat sekarang hampir semua IT professional bekerja dengan perangkat bergerak.  Hal lain yang bisa juga digunakan adalah tele survey tentang kebutuhan solusi IT dalam 6 – 12 bulan mendatang.  Upaya ini bisa menghasilkan cerug pasar bagi principal tersebut dan bisa di tindak lanjuti seuai dengan kebutuhan.  Yang juga sedang in, adalah interaktif website dengan fasilitas online chatting untuk melayani pertanyaan2 dari pelanggan seputar produk dan solusi yang mereka butuhkan. 

Dukungan layanan dengan tersedianya fasilitas HotLine yang bisa dijangkau pelanggan setiap waktu untuk mendapatkan bantuan, solusi teknis, dan informasi2 praktis yang pada intinya meningkatkan kepuasan pelanggan, merupakan salah satu factor penting bagi terciptanya sebuah leads.  Tentu saja fasilitas hotline dan online chatting harus didukung oleh para teknisi dengan tingkat kompetensi yang tinggi untuk menangani semua produk.

Senin, 02 Desember 2013

Online Registration ?

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan menjadi salah satu team member dari sebuah event akbar dari sebuah perusahaan multinasional dibidang teknologi informasi.  Kali ini saya ingin membahas dari segi registrasi peserta.

Peserta diminta melakukan registrasi secara online.  Data registrasi peserta kemudian harus ditelpon untuk mengingatkan tentang pendaftarannya dan apakah yang bersangkutan akan hadir di acara tersebut.  Dari pengalaman ini, kami melihat data orang yang mendaftar sangat banyak, hampir 160% diatas target kehadiran.  Tetapi kalau dilihat dari kebenaran informasi yang mereka berikan saat registrasi, banyak yang menggunakan nama perusahaan fiktif, atau ada nama perusahaan tersebut tapi yang bersangkutan tidak pernah bekerja disana.  Target profile peserta tidak sepenuhnya bisa persis sama dengan harapan.  Bahkan mahasiswa dan pelajar juga ikut mendaftar, walaupun sudah dikatakan bahwa acara ini untuk pelaku bisnis dan bekerja di bidang IT. 

Di Indonesia masih banyak kita temui orang yang mendaftar ke free seminar bukan karena ingin mendapatkan manfaat bisnis, tetapi hanya iseng dan mencari sovenier seminar sebanyak2nya (event go-er).  Kelompok ini sangat dihindari kalau kita mau seminar kita mencapai sasarannya.  Selain itu ada juga kelompok pelajar dan mahasiswa yang ingin menghadiri seminar selain mungkin ingin menimba ilmu tapi juga mengharapkan mendapat door prizes yang sangat menarik.  Kelompok ini juga bisa memalsukan kartu nama dengan nama perusahaan dan nomor telon fiktif.

Kondisi demikian mengharuskan kita membersihkan dahulu database registrasi dari kedua kelompok yang tidak diinginkan hadir.  Sesudah itu kita harus menelpon mereka menyampaikan bahwa registrasi mereka dengan menyesal ditolak. 

Pertanyaannya – bagaimana yang lebih baik, mengirim undangan secara selektif berdasarkan database yang sudah di validasi, atau ngeblast undangan sebanyak2nya dan mengharap peserta mendaftar lewat web.

Mari kita bandingkan, pada kesempatan sebelumnya kami juga melaksanakan acara untuk target peserta yang cukup banyak, tapi yang diundang jelas hanya mereka yang sudah masuk kedalam database tervalidasi.  Setelah undangan dikirim, peserta di telpon satu persatu dan diterangkan tujuan acara apa, profile pembicara, target peserta dan informasi lain yang meyakinkan calon peserta untuk datang.  Dengan cara ini peserta yang mendaftar jelas punya kepentingan yang bisa dipenuhi setelah dia menghadiri acara dimaksud.  Misalnya kebetulan pelanggan ini butuh solusi yang akan dipresentasikan, jadi bisa sekalian melakukan dialog dengan pemilik solusi tersebut.  Dengan begitu jumlah peserta yang tidak ada hubungan dengan materi bahasan bisa ditekan, dan para pengumpul sovenier juga cukup sedikit.

Kemajuan teknologi event management application software memang membantu menangani registrasi yang masif, tetapi kondisi di Indonesia mengharuskan kita melakukan langkah2 pembersihan untuk meyakinkan bahwa target peserta memenuhi permintaan client kita.

Selasa, 18 Juni 2013

Service beyond your responsibility

Seorang sahabat baru membeli mobil baru dari merk yang cukup terkenal.  Dia dapat informasi dari suatu pameran mobil di suatu mall di Jakarta.  Setelah siap membeli teman ini menghubungi sales rep nya dan beberapa minggu kemudian mereka melakukan test drive.  Sales rep ini cukup cooperative, waktu teman saya memilih salah satu lease company yang ingin diambil, pihak show room menyarankan leasing dari bank lain, karena katanya di bank ini rate bunganya tidak setinggi yang diminta teman saya itu.  Jadi disetujui saja.

Pada pertemuan pertama dengan wakil dari leasing company, teman saya itu sudah mengatakan dan menjelaskan bahwa karena dia tinggal di daerah selatan, minta dihubungkan dengan perusahaan asuransi kendaraan yang mempunyai rekanan bengkel di daerah Selatan Jakarta juga.  Mereka menyanggupi dengan gagah dan tegas.  Saat ditanya berapa lama proses ganti nama di kantor polisi mereka bilang 26 hari kerja.  Teman saya berpikir wah itu lama sekali, lalu mereka menawarkan mengurus surat ijin sementara, dengan biaya 1.5 juta.  Nah saat mobil diantar kerumah ehhh surat ijin belum selesai, dan setelah di follow up 3 hari berturut2 baru selesai.  Dan setelah di pakai seminggu STNK asli sudah selesai.  Lah kalau tahu begitu kan teman saya ini gak perlu membuat surat ijin sementara donk, buang-buang uang saja.



Memang nasib teman saya sedang kurang beruntung, mobil dipakai seminggu ehhh disenggol orang dan orangnya lari.  Jadi lah bumber belakang penyok.  Jadi dia bertanya kepada leasing company ini oh iya polis asuransi belum jadi, tapi nomor polis sudah ada.  Usut punya usut ternyata Asuransi ini hanya punya rekanan bengkel daerah Jakarta Pusat , Timur dan Utara.   Lah kan sudah dipesankan bahwa minta perusahaan Asuransi yang punya rekanan bengkel di Selatan.  Maka kecewalah teman saya itu dan langsung menelpon sales rep pertama yang melayani dia.   Yang disampaikan bukan complaint tapi dia memberikan input bahwa wakil dari leasing company itu tidak bekerja secara thourough dan tidak memperhatikan kenyamanan pelanggan.  Jelas dengan demikian teman saya itu tidak puas dan segan untuk merekomendasikan merk mobil ini kepada orang lain.

Sebagai staff yang berada di garda depan perusahaan dan langsung melayani pelanggan, hal-hal yang simple harus diperhatikan dengan seksama.  Bagaimana profil pelanggan dan apa yang memudahkan bagi mereka, harus diupayakan apabila dia ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang baik.  Segala sesuatu usaha yang sifatnya “jasa” harus memperhatikan masalah2 kecil dan sering kali justru yang kecil2 ini yang menjadi bahan pembicaraan mereka apabila mereka puas.

Andai kata sales leasing company itu memperhatikan permintaan pelanggan untuk dicarikan perusahaan asuransi yang mempunyai rekanan di wilayah Jakarta Selatan, maka tidak akan timbul complaint.  Ini masalah simple tapi sangat merepotkan pihak pelanggan bila terjadi insiden.  Ini juga cara berpikir forward thinking, apa yang kira2 bisa terjadi dua sampai tiga langkah kedepan bagi pelanggannya, jadi bukan hanya deal selesai surat2 selesai lalu tinggal.

Para staff customer service juga harus sangat forward thinking agar mampu memberikan pelayanan yang memuaskan pelanggan.  Pikirkanlah bagaimana kalau kita yang jadi pelanggan itu.  Sudah membeli mobil dengan harga mahal tapi layanan yang diterima tidak setara, bahkan layanan kelas teri.

Minggu, 16 Juni 2013

Pengaruh Social Media terhadap PR

PR telah berubah secara besar-besaran setelah derasnya perubahan cara orang mengakses informasi dari smartphone serta terbukanya kesempatan untuk berkreasi melalui media online dan  social media.  Sehingga bisa dikatakan, PR sekarang bukan hanya media relation, mengirimkan artikel atau siaran pers seperti yang kita lakukan satu dekade yang lalu.
PR yang sekarang mengarah ke Digital PR, yaitu usaha untuk mengkombinasikan PR tradisional dengan content marketing, social media dan kekuatan search engine.  Sehingga satu berita yang statik ditransformasikan menjadi dialog atau forum diskusi melalui website perusahaan – dan oleh sebab itu sering kali membypass media dan bicara langsung dengan target pembaca kita secara online.
Dengan cara ini berita dapat disebar lebih luas, lebih cepat, dan lebih tepat tertuju ke target pembaca yang spesifik daripada sebelumnya.  Hal ini memungkinkan kita memaksimalkan nilai berita, daripada hanya puas dengan pemuatan dalam satu media.  Lebih-lebih lagi apabila kita menggunakan social media, blogs, media online yang menyediakan tempat untuk bertukar pikiran – sehingga pesan kita bukan hanya berita satu arah, tetapi menciptakan dialog dan terhubung dengan target pembaca.
Sebagai PR professional, salah satu cara untuk menyatukan content marketing kedalam PR mix adalah mengkaji ulang isi dari siaran pers dan artikel menjadi konten yang segar.  Dari satu siaran pers bisa di bentuk ulang menjadi slide presentasi yang dapat di share, postingan di blog, info grafik di website, bisa dipasang di LinkedIn news update, dan dipasang di Koran ekonomi online yang relevan dan bahkan di halaman Facebook.  Memang pada setiap posting harus ada bedanya karena isi disesuaikan dengan target pembaca media tersebut.  Tapi kalau proses ini diulang beberapa kali, maka dari satu konten bisa mengambang di berbagai media, dan menciptakan kelompok pembaca yang berbeda-beda.  Bukankah itu memperkaya tebaran konten yang ingin kita sebarkan?
Selain itu, saat anda menggubah ulang pesan-pesan kunci siaran pers anda, hilangkan bagian yang sifatnya membanggakan diri, menjual, dan capaian2 perusahaan anda, karena hal ini tidak membuat pembaca ingin berdiskusi tentang masalah itu.  Hal itu hanya membuat orang berpikir bahwa anda hanya mengkemas informasi komersial kedalam berbagai social media.  Jadi tampak seperti iklan.  Lebih baik nada tulisan Anda adalah bagaimana anda bisa memberikan nilai tambah bagi pembaca.
Promosi Silang
Setelah anda menulis konten, lanjutkanlah dengan satu langkah lagi untuk konten digital PR.  Fungsi ini seharusnya tidak menjadi ranah IT, atau web programmer – fungsi ini harus menjadi bagian dari fungsi Marketing yang harus dimasukan kedalam kegiatan PR.  Kemudian integrasikan kata kunci dengan search engine agar mampu mengekspose berita anda kepada orang2 yang mencari berita melalui search engine.  Gunakan keywords yang sama untuk postingan siaran pers dan byline artikel, postingan blog, sehingga anda bisa mendapatkan dampak yang maksimum secara keseluruhan.
Kemudian bagikanlah melalui social media secara gencar.  Ingat saja tiga kata content – search - social itu adalah tiga serangkai yang harus selalu diingat.  Ada lagi tambahan yaitu Twitter, cari list wartawan yang punya akun twitter dan follow.
Dari segi individu PR pro, tidak ada kata lain selain belajar, belajar dan belajar.  Tidak ada yang lebih penting dari selalu belajar – skills yang segar sangat penting bagi sukses anda sebagai marketing atau PR pro.  Selalu tantang diri anda secara konstan belajar dan mengimplementasikan teknologi serta skill baru, mengadaptasi proses sesuai dengan lingkungan Anda.  Ini sangat penting bagi investasi di diri anda sendiri.

Sabtu, 01 Juni 2013

Partnership

In country like Indonesia where job opening availability is very limited comparing with the number of graduate students looking for a job, drive people to look for non-permanent job according to their skill and experience individually.  People who works independently are having various skill and if those people create a group to do larger job, than they create partnership.



Last week, I discussed with my cousin who own a production house which using this type of partnership.  He is not hiring anybody except that maybe one administrator who stays in the office, but he has many whom he called “coworkers” who can be called anytime to do a project together.  One person expert in graphical design, one person video recording and editing, one person handle contract and sales, one person who has broad network handle talents.  He calls his office as “open space” where this group can elaborate the big picture and distribution of responsibilities among them for certain project.  Member of this group is equally experienced in their field so after such a meeting they can work on their own whether in their office or anywhere else.  But the most important things they have the same idealism so the work can progress in measurable manner.

Working independently needs a commitment and an attitude where they have to do things without supervision.  Discipline is a must, because they have to work according to agreed timeline, they also have a weekly meeting to review progress.  We can identify them from their blog, or website where they usually show their creativity or expertise.
From client point of view, these people are potential to be given a project.  From budgeting point of view usually these group can be lesser than if we choose big firm.  
Working with them is not complicated, but they usually required early payment. 

This type of partnership is a good way to solve the hiring issue, as long as you have skill which is unique and good personal confidence in dealing with people, find your group out there and start doing things together.

Senin, 13 Mei 2013

Job Interview

Beberapa waktu lalu saya sudah menulis tentang tips membuat Resume yang baik.  Nah bila aanda telah melayangkan beberapa surat lamaran kerja, ada baiknya anda mempersiapkan diri untuk menghadapi job interview.

Job interview atau wawancara kerja, adalah pintu utama untuk mendapatkan pekerjaan.  Pada beberapa perusahaan dan paa tingkat jenis pekerjaan tertentu, perusahaan juga mengadakan psikotest, interview dan test kesehatan.

Bagaimana mempersiapkan diri untuk job interview?  Secara umum berikut ini adalah yang biasanya dilakukan di perusahaan-perusahaan di Indonesia:

1     Anda akan diminta mengisi beberapa formulir standard untuk data pribadi dari divisi Human Resources.
2    Anda akan di wawancara oleh Staff HR untuk masalah2 umum, misalnya kemampuan anda yang paling baik apa, lalu pertanyaan2 seputar kemampuan komunikasi, bekerja dalam Team, dan karakter, minat serta apakah anda kuat bekerja dalam tekanan (pressure).
3    Pada tahap selanjutnya anda akan dipertemukan dengan divisi yang membutuhkan keahlian anda di perusahaan itu.  Misalnya anda melamar untuk posisi IT Specialist, maka tahap ini akan melihat seberapa dalam pengetahuan dan pengalaman anda untuk di cocokan dengan kebutuhan mereka.  Ini adalah tahap yang lebih teknis.  Pada tahap ini bentuknya bisa berupa anda diminta untuk presentasi dalam bahasa Inggris atau Indonesia dengan topic bahasan yang telah ditentukan sebelumnya, misalnya implementasi suatu proyek tertentu.
4    Apabila anda melamar pekerjaan sebagai orang yang akan berhubungan dengan client, maka biasanya ada satu lagi tahap wawancara untuk melihat apakah penampilan, wawasan, cara berpikir, latar belakang keluarga, menunjang atau sepaham dengan kultur perusahaan tersebut.  Ini penting karena Anda akan mewakili perusahaan ketika berhubungan dengan client.  Ini umum dilakukan untuk job seperti konsultan atau legal adviser.
5    Selanjutnya kalau anda berhasil melampaui semua tahap diatas, makan anda akan menerima tawaran pekerjaan.

Nah, tidak terlalu sulit kan?  Siapkan mental, dan penampilan yang menarik dan lakukan wawancara senatural mungkin.

Selasa, 07 Mei 2013

Kemampuan Menulis Seorang Sekretaris

Seorang rekan yang bekerja di divisi Human Resources Development menelpon.  Dia kesal karena sekretaris di kantor dia tidak bisa menulis surat, sehingga pekerjaan ini dihibahkan kepada dia yang notabene tidak termasuk kewajibannya.  Tetapi karena para boss di kantor tersebut menganggap sekretaris mereka kurang handal dalam menulis surat bisnis, maka orang lain yang mempunyai kemampuan akan dimanfaatkan.




Di era bisnis dimana komunikasi serba elektronik, kita sudah jarang membuat surat bisnis tertulis kepada pelanggan.  Sebagian besar komunikasi sudah dilakukan dalam bentuk surat elektronik atau melalui teks pesan singkat lewat smart phone.  Kecenderungan yang berlaku, komunikasi tertulis tidak menggunakan akidah surat menyurat bisnis yang dulu dipergunakan. 

Oleh sebab itu seorang sekretaris masa kini kalau disuruh menulis surat complaint resmi dari pelanggan secara tertulis maka dia akan menemui kesulitan bagaimana memulainya.

Maka saran saya kepada teman tadi, ketika dia mengetest calon karyawan untuk posisi sekretaris coba lakukan test membuat surat bisnis.  Karena kemampuan menulis itu sangat penting bagi sekretaris dalam meniti karirnya kelak.  Dan semakin tinggi kemampuan menulisnya, dia berpotensi akan selalu dilibatkan dalam rapat-rapat penting perusahaan untuk membuat risalah rapat, misalnya.

Kalau masalah bagaimana memulai suatu surat, bisa di tanyakan kepada Mr. Google, maka dalam sekejap akan bermunculan contoh surat-surat bisnis sesuai kebutuhan Anda.  Nah apabila anda seorang sekretaris maka rajin-rajinlah menulis. 

Kalau komunikasi bisnis dilakukan melalui email, maka perlu diperhatikan bahasa yang resmi, tanpa singkatan, dan format yang mendekati surat resmi hard copy.  Jangan lupa selalu mencantumkan nama anda, jabatan, alamat kantor, dan nomor telpon yang bisa dihubungi. Kemampuan menulis sebetulnya diperlukan oleh semua profesi, oleh sebab itu bagi sekretaris bakat ini bisa dijadikan batu loncatan untuk pindah karir ke bidang lain di kemudian hari.

Kamis, 18 April 2013

Perubahan Menuju Digital PR


Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, banyak sekali orang berubah dari menggunakan BB ke android. Alasan yang terbesar adalah kemudahan mengakses informasi dan aplikasi bergerak untuk menjunjang kegiatan sehari-hari dan pekerjaan. Para penjual berbagai merk android dengan berbagai cara mempergunakan kesempatan ini agar dagangan mereka laku, bahkan merk tertentu membuat calon pengguna antri berjam-jam untuk membeli produk mereka.

Disamping itu, beberapa perusahaan besar sudah mulai – atau mempertimbangkan untuk membolehkan karyawan menggunakan perangkat bergerak milik mereka untuk bekerja. Program seperti ini biasa disebut BYOD atau Bring Your Own Device. Berarti makin beragam perangkat bergerak yang bisa mengakses informasi dan aplikasi dari luar perusahaan atau dimanapun mereka sedang bekerja.

Sebagai konsekuensi logis dari perubahan ini, lebih banyak anggota masyarakat yang mengakses berita dan informasi dari android mereka dari pada dari media cetak seperti Koran atau majalah. Kalau tidak dari media online, mereka mengakses Twitter untuk mencari jalan yang tidak macet ditengah kemacetan kota Jakarta.

 Bagaimana pergerakan ini akan mempengaruhi cara kita melakukan kegiatan PR?

  • Sudah semakin sulit kita memaksa pembaca bergerak ini untuk membaca tulisan yang lebih panjang dari satu paragraph. Sehingga berita jadi semakin ringkas.
  • Pemain PR harus menyesuaikan skill mereka dari menulis key messages yang panjang dan deskriptif, menjadi singkat dengan kata-kata yang mengena. Mereka juga harus menguasai tools2 video editing, dan perangkat digital lainnya. 
  • Visual semakin banyak disukai, dan mendapat perhatian lebih banyak, karena orang dalam waktu beberapa detik sudah dapat melihat jatuhnya pesawat di Bali dari fotonya saja misalnya.
  • Dalam membuat PR strategi juga harus disesuaikan dengan perubahan ke dunia digital agar mencapai target pembaca yang diinginkan.
  • Siaran pers mungkin tidak lagi diberikan kepada media dalam format cetak atau soft copy, tapi dalam bentuk video atau foto2 digital. Oleh sebab itu PR staff harus menguasai video editing dan pengambilan gambar yang memadai. Hal ini juga banyak manfaatnya bagi stasitun TV yang belakangan ini banyak bermunculan.  Dari segi Media, mereka juga terus mencari cara untuk mempercepat sajian kepada para pembaca/penontonnya.   Mungkin ada masih ingat di beberapa kesempatan video yang diambil oleh masyarakat umum dengan smartphone mereka dapat dimunculkan di media besar seperti peristiwa bom Boston baru-baru ini.
  • Bagaimana PR bisa mempergunakan social media sebagai salah satu channel untuk terhubung dengan pelanggan yang dituju. Kreatifitas sangat dibutuhkan untuk menggunakan channel ini, seperti misalnya bagaimana membuat link dari FB ke website perusahaan atau ke site lain yang dikehendaki. Hampir semua perusahaan besar sudah membuat akun Facebook atau Twitter untuk memudahkan pembaca atau pelanggan mengakses website mereka dan mendapatkan update terkini tentang produk dan layanan mereka.
  • Harus pandai mencari tahu bagaimana “search” engine Google bekerja. Gunakan keywords yang tepat dalam website perusahaan agar masuk ke halaman pertama pencarian orang apabila mereka mencari tahu tentang industri perusahaan client.
  • Ukuran sukses tidak lagi bisa diukur dengan jumlah kliping yang kita kumpulkan. Harus ditemukan cara baru antara perusahaan PR dengan client bagaimana mengukur kesuksesan sebuah kegiatan PR.
Industri marketing and communication memang yang paling terdampak dengan perubahan ini, oleh sebab itu keduanya harus bergerak bersama untuk menciptakan sinergi yang tepat.
 

Rabu, 03 April 2013

Tradition or No Tradition

Wedding in Indonesia always include question whether we are going to use tradition or not.  Using tradition will have some consequences such as the effort is high and the overall budget is higher.  Some families then do the tradition in partial way, but I think that is not the point.  Tradition from any part of Indonesia for wedding has many regulations, and it has a deep meaning or philosophy for both bride and groom.  In my opinion, if you want to do it do it totally and completely, so it will imprint to both parties for long time.  Otherwise better not to do it at all.  Therefore, we can concentrate to do the Akad Nikah and made the ceremony according to Moslem requirement and legality.




Along the way, it is not as simple as that.  Sometime the other family requested one or two of the traditions need to be executed.  So the other side has to agree to do it as well, because both sides must do the same.  Again, these bring some consequences in the area of need more budget, efforts, involving more vendors and helpers, which cannot be avoided.  It is because both parties are not making a clear and complete agreement for both families what else that are going to be done besides the ceremony of Akad Nikah and Reception.  If this is settled then maybe the complexion of  unnecessary effort and time from both side can be avoided.

Vendor or consultant who is giving services to handle and execute the tradition is varying.  It is better if you choose the one who can provide all details necessary requirement for the ceremony including clothing, flower, decoration, MC, traditional foods, and consultation.  If we do separately, it will take more efforts.  Using tradition during wedding also needs longer planning period and more references to select the professional traditional wedding organizer.

After all the party gone, if we ask the bride and groom whether they still remember what are the meaning of each of the tradition step we were conducting during their wedding, I am sure they don’t remember a thing.  So why we should run something that in real life we do not use that philosophy anymore.  Young people are practical generation; therefore I would rather stick to give them religious messages and advises to run their family life, make it short simple and easy to remember and implement in real life.

So my advice to those who will hold their wedding party, please make sure both family are agree on the tradition.  In the case if both family came from different part of Indonesia, look for agreement which tradition will be followed.  Avoid debating on this; be flexible because it involves big families’ decision. Do not ashamed if you will not be able to run the show because of budget constraint.  Better be open and when agreed upon, do it sincerely.

Senin, 25 Maret 2013

Melepas Putri Tersayang

Melepas putri yang kita sayangi membina rumah tangga baru adalah moment yang sangat emosional.  Putri yang biasa menjadi mitra berbagi dalam menghadapi masalah dirumah sekaligus putri yang dalam setiap langkah perubahan hidupnya berbagi cerita dengan aku.  Mulai dari awal masuk sekolah, lalu berusaha mencapai cita-cita yang bisa saja berubah dalam beberapa bulan, dan dia hampir selalu mencapainya dengan segala daya upaya. 

Manakala seorang ibu pengajian meminta aku untuk menuliskan sedikit nasehat untuk putriku yang akan melaksanakan akad nikah keesokan harinya, maka cukup lama aku tercenung.  Apa kiranya yang dibutuhkannya dari ku dan apa yang mudah di ingat olehnya.  Anakku ini anak mandiri dan pejuang, male thinking-nya kuat.  Maka aku memutuskan untuk memberikan nasehat yang aku ingin share dalam blog ini.



NASEHAT IBU KEPADA PUTRI TERCINTA (menjelang pernikahannya)

Kunti tersayang,
In shaa Allah besok kamu akan melaksanakan Ijab Kabul dengan calon suami pilihan hatimu.  Ibu dan Bapak ikhlas melepas kamu untuk menjadi seorang istri yang mengabdi kepada Suami.  Dalam  bahtera pernikahan kamu nanti, akan ada masa-masa indah ada juga masa sulit.  Tetapi kalau kamu hidup berpedoman kepada ajaran agama Islam dan taat melaksanakan ibadah, in shaa Allah kamu akan mampu melalui apapun yang terjadi dalam rumah tangga kamu.

Hidup pernikahan harus dijalani dengan ikhlas, tawakal, dan sabar.  Saling sayang dan percaya satu sama lainnya.  Menjadi istri tidaklah mudah, terutama dalam menyeimbangkan antara karir serta pekerjaan dengan tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga.  Sediakan waktu memasak untuk suami, dan menyenangkan hatinya selayaknya istri yang baik.  Tapi Ibu yakin, dengan tekad kamu yang kuat kamu akan berhasil menjadi seorang istri yang mumpuni, sayang kepada suami, mendukung suami dan menempuh bahtera kehidupan rumah tangga yang harmonis.

Kunti, anak ibu yang tersayang.  Jadilah istri yang sholehah, dan apabila kamu telah punya momongan, didiklah anak kamu bukan cuma kecerdasan otak semata, tapi juga akhlak dan budi pekerti yang baik berlandaskan agama.  Nah terakhir, yakinlah ibu selalu berdoa buat kamu, dan calon suami mu untuk kebahagiaan kalian selamanya.

Rabu, 27 Februari 2013

Mau Jadi PR Profesional ?

Dalam sebuah acara media briefing saya mendapat bantuan dari staff yang berlatar belakang pendidikan komunikasi massa, tetapi dia belum pernah bekerja sebagai staff humas atau mengerjakan sebuah media briefing.  Jadi pengetahuan apa yang bisa saya berikan kepada mereka agar dapat melaksanakan pekerjaan ini dari awal hingga akhir, atau setidaknya menyangkut riset, perencanaan, implementasi dan reporting.


Maka, saya bicara dengan mereka, ternyata mereka belum pernah berhubungan dengan media.  Kebetulan client adalah sebuah perusahaan TI dan bukan dari Indonesia.  Jadi saya mulai dengan memberikan pengetahuan bagaimana harus menghubungi media, bicara dengan siapa, kapan menelpon, bagaimana membuat surat undangan, memasukan pitching ke dalam undangan, dan seterusnya.   Hal lain adalah saya minta mereka juga melakukan periodik media database update agar data selalu current.  Yang kerap kali orang lupakan adalah mencari informasi mengenai client, baca website mereka, apa produk dan jasa mereka, apa yang akan dikemukakan kepada media (yang biasa kita sebut key messages), bagaimana posisi client terhadap kompetitor mereka di Indonesia, bagaimana membeli produknya, apakah mereka mempunyai customer care center, telpon yang dapat dihubungi oleh pelanggan, dan seterusnya.

Yang tidak kalah pentingnya adalah membuat Indonesia Media landscape (andai kata client bukan dari Indonesia) atau target media landscape industri tertentu bila mereka mau mencari liputan dari industri tertentu saja.  Pembuatan dokumen ini memerlukan riset, walau semua tersedia di Google atau lembaga2 riset yang ada, tapi tetap memerlukan analisa dan ketajaman untuk membuat sebuah kesimpulan.  Pengetahuan tentang produk client ini sangat penting dalam rangka membuat sebuah proposal yang berbobot. 

Lalu dalam proses perencanaan, saya meminta mereka memilih venue untuk media briefing, memilih media mana saja yang akan diundang, membuat surat undangan, proses pengiriman undangan, follow up, menyiapkan venue yang lengkap dengan perlengkapan audio visual, list kehadiran, dan press kit yang terdiri dari siaran pers, brochure produk dan biodata pembicara, mencetak folder.  Agenda juga perlu disiapkan serta kalau acara ini melibatkan pihak mitra client di Indonesia maka pihak2 yang terlibat juga dipersiapkan.  Kalau pembicara belum pernah mendapat media training, kita harus memberi tahu apa yang boleh dikatakan dan yang tidak boleh dikatakan kepada media. 

Menulis siaran pers memerlukan latihan menulis dan memasukan poin-poin yang harus dimasukan sebagai berita kunci.  Penulisan harus singkat, padat, to the point pada paragraph pertama karena hal ini akan menangkap atensi pembaca untuk selanjutnya tertarik pada paragraph2 berikutnya.  Semua dirangkai dalam kalimat2 singkat, karena pembaca media ingin mendapatkan berita terpenting dalam waktu membaca yang sesingkat mungkin.  PR staff juga harus belajar memposisikan diri sebagai awak media, yang waktu menulis berita harus riset beberapa data penunjang, mempunyai batasan jumlah kata dalam satu artikel, foto penunjang, dan deadline.  Kalau staff PR mengerti betul situasi ini, maka dia akan membantu wartawan memberikan foto, data penunjang, sehingga proses penulisan tidak memakan waktu.  Dalam kasus dimana siaran pers disediakan oleh pihak client, maka kita harus membaca dengan teliti dan menyederhanakan agar tulisan tidak terasa seperti kampanye marketing.

Pada tahap pelaksanaan, staff PR diharapkan mengerti betul apa yang akan dipresentasikan kepada media, membawa kamera untuk menangkap moment2 yang bagus, berfungsi sebagai MC, dan mengenal semua pembicara serta jabatannya.  Mampu berinteraksi dengan wartawan dengan sopan dan menjadi orang yang resourceful (mengetahui segala hal) untuk membuat konversasi yang bermutu.  Jangan pernah mengganggap rendah awak media, dan selalu siap menjadi jembatan antara client dengan media.  Pada pelaksanaan, ada saja yang bisa terjadi sehingga perlu penanganan cepat.  Misalnya media yang konfirm tidak hadir, yang bilang tidak bisa datang malah datang.  Juga media yang tidak diundang ikut datang karena diajak temannya.  Kadang ada juga orang yang menyamar jadi awak media tapi tidak membawa kartu nama, tidak membawa kartu pers.  Bila ini terjadi kita harus bijak, dan mencoba bertanya siapa pemimpin redaksi media yang dia wakili.  Kalau benar, coba tanyakan apakah dia kenal beberapa wartawan lain disana.  Itu salah satu cara untuk menghambat masuknya wartawan palsu.

Selesai acara maka kita memasuki tahap reporting.  Media monitoring setiap hari selama periode yang disetujui bersama.  Media yang dimonitor adalah media yang datang.  Kalau sesudah itu siaran pers juga dikirim ke media yang tidak datang, maka semua media yang dikirimi undangan harus di monitor.  Lalu membuat laporan mingguan dari semua kliping serta menterjemahkan dalam bahasa Inggris apabila client berbahasa Inggris.  Membuat evaluasi dari event yang telah berlangsung, apa yang harus diperbaiki, mengupdate media database dengan kartu2 nama awak media yang datang.  Serta mengirim email ucapan terima kasih apabila artikel kita sudah ditulis oleh mereka.  Setelah selesai periode monitoring, kita harus membuat media monitoring analysis.  Yang intinya adalah apa yang menjadi perhatian media berdasarkan semua artikel yang masuk.  Apakah ada catatan bagi client yang harus digaris bawahi.

Itu semua baru dasarnya saja, masih banyak yang bisa dikembangkan, tapi mudah-mudahan berguna bagi mereka yang ingin menjadi PR Profesional.

Minggu, 03 Februari 2013

Membangun Kemandirian

Sejak menikah, saya dan suami bekerja.  Pada H+1 sejak pernikahan kami, saya langsung boyong ke rumah kontrakan suami di sebuah pavilion di Jalan Radio Dalam.  Kebetulan rumah induknya milik teman sekantor kami juga.



Kemudian saya hamil anak pertama yang tadinya kami tidak mempunyai pembantu, jadi mencari pembantu senior yang biasa mengurusi bayi untuk merawat bayi kami setelah saya harus masuk kantor kembali.  Pembantu ini kalau sore setelah saya pulang kantor, dia pulang kerumahnya yang kebetulan tidak jauh dari rumah kami.  Jadi anak malam hari hanya bersama saya dan suami.  Dari sana kemudian terbangun apa saja kebiasaan bayi saya kala malam hari dan kedekatan kami tetap terjaga.  Saya dan suami juga sepakat bahwa kalau week end kita mau jalan-jalan ke rumah orang tua saya, maka kita tidak usah membawa pembantu.  Jadi semua kebutuhan anak kita tangani sendiri.  Sampai pada suatu hari, ibu saya berkunjung kerumah saya dan menangis, beliau mengatakan “seharusnya ibu/eyang kan bisa menjagai anakmu kalau kamu sedang ke kantor”.  Lalu saya katakan, tidak apa2 dan Ibu tidak usah bersedih karena proses ini sudah berjalan dengan baik.

Memasuki usia anak masuk TK, saya memperkenalkan anak dengan dunia social, interaksi dengan teman, tidak membelikan dia game2 komputer seperti Nintendo dan sebagainya dan lebih mengutamakan kegiatan luar ruang.  Sebagai gantinya Bapaknya mengajari anaknya duduk di depan computer lalu disuruh mengetik kata yang dia senangi, jadilah dia mengetik “Doraemon” di layar Google Search.  Maka keluar semua gambar dora emon dan dia senang.  Lalu mencoba kata-kata yang lain.  Itupun dilakukan saat dia kita ajak ngelembur di kantor pada hari Sabtu, sehingga biar dia tahu juga lingkungan kerja orang tuanya (kebetulan saya dan suami sekantor di perusahaan IT). 

Ketika masuk TK,  kami putuskan dia harus ikut antar jemput sekolah – lalu kami ceritakan bahwa kalau naik mobil antar jemput jadi banyak temen, toh sekolah tidak terlalu jauh juga.  Pada hari kedua anak saya yang tua sudah mau naik mobil antar jemput, sedang tetapi dari belakang kami masih membututi takut2 dia mogok atau ngambek.  Tapi setelah seminggu dia sudah naik mobil itu sendiri tanpa dikawal.  Setelah anak kedua lahir, dan anak saya yang kedua sudah usia sekitar 4 tahun, saya naikkan ke pesawat Jakarta – Jogja tanpa orang tua, dan disana akan di jemput oleh Tantenya.  Sempat 2 x saya lakukan,, pertama anak yang tua malah menangis karena takut, tapi dengan membujuk dan mengatakan bahwa kamu harus bangga bisa naik pesawat sendiri, maka dia lalu berani sambil menjaga adik.

Pada masa mau masuk SMU, mereka selalu ingin masuk sekolah favorit, tapi jaraknya lumayan jauh dari rumah kami, jadi saya tekankan, syarat pertama kamu harus masuk rankin karena persaingan ketat, kedua harus mampu pulang dan pergi ke sekolah naik kendaraan umum bersama teman-teman.  Intinya tidak boleh merepotkan orang tua dalam hal antar dan jemput.  Ini terus berlaku hingga kuliah.

Ketika mengenang kembali semua proses tumbuh kembang anak saya, baru menyadari bahwa saya telah mengembangkan pribadi yang mandiri pada anak.  Untuk mengambil  keputusan tertentu misalnya ikut study tour atau tidak, baru mereka diskusi sama saya bagaimana sebaiknya.  Dalam beberapa hal setelah mereka mendengar pertimbangan dari sudut pandang saya sebagai ibu, pelaksanaan program yang mereka pilih menjadi lebih kaya dan lebih mencapai sasaran.  Tetapi secara umum saya membebaskan mereka untuk memilih atau melakukan ekstra kulikuler yang mereka senangi dan dimana perlu saya ikut melakukan persiapan-persiapannya.  Bukankan anak sebaiknya di encourage dan bukan di discourage?

Keinginan untuk mandiri pada anak harus didukung oleh orang tuanya, along the way kita juga harus memberikan pendidikan moral agama agar dalam memilih langkah kegiatan atau teman mereka punya pakem yang jelas arah mana yang akan ditempuh.

Sabtu, 02 Februari 2013

Need for Achievement


Hari hujan dari pagi, udara kurang bersahabat. Hari sabtu begini biasanya anak saya masih tidur karena keduanya adalah wanita-wanita pekerja keras. Karena suasana masih sepi, maka saya membuka notebook saya hendak memeriksa bahan presentasi tentang Komunikasi Bisnis yang akan saya ajarkan di kantor untuk karyawan-karyawan baru. Tiba-tiba saya teringat kepada pertanyaan salah satu teman sesama ibu rumah tangga yang kemarin sharing sama saya “apakah cara saya mendidik anak salah, yaitu menjaga mereka sejak kecil, jemput antar sekolah agar mereka tidak bergaul dengan orang2 yang salah, dan semua kebutuhan dipenuhi, tapi sekarang mereka kok seperti kurang motivasi untuk berkarya dan kurang drive”.


Tak lama kemudian anak saya yang kecil, yang sekarang bekerja sebagai konsultan human resources di perusahaan multinasional, bangun dan menggelendot. Seperti biasa hari sabtu kita awali dengan membuat jadwal mau kemana dan apa prioritas week end ini. Lalu saya mengutarakan pertanyaan yang sangat sederhana, Kez… apakah menurut kamu cara mendidik ibu kepada kamu dan kakak itu sudah baik dan benar? Kez masih terkantuk-kantuk, dan mencoba mengerti mengapa saya bertanya seperti ini. Oh lalu saya bilang ini buat blog ibu.

Kata Kez “dari kecil tuh aku udah punya “need for achievement”, pengen selalu dapat rangking, sejak TK seneng ikut kegiatan yang bisa naik panggung dan ikut perlombaan-perlombaan. Contohnya waktu SMP aku ikut lomba story telling bahasa Inggris sampai jadi juara 2 seluruh DKI, waktu masa kuliah aku pengen banget ikut misi budaya ke Spanyol dan Portugal walaupun ibu bilang enggak punya biaya, dan nilai kuliah enggak boleh jelek, dan semua itu tercapai, dan sangat memenuhi kebutuhan untuk mencapai sesuatu yang saya miliki dalam hati saya”

Mhhh lalu saya mencoba mengkaitkan pernyataan Kez itu dengan cara mendidik saya yang dari kecil selalu melibatkan anak-anak dalam kegiatan yang sifatnya menaikan rasa percaya diri dia. Seperti misalnya, sejak TK dia saya ajarkan “kalau kamu ikut ibu ke super market lalu kamu terpisah, kamu gak boleh takut dan panic, tapi tanya sama mbak-mbak kasir katakan bahwa saya terpisah dari ibu saya namanya Tini. Nanti mereka akan bantu kamu mencari ibu. Dan ini memang pernah terjadi, walaupun Kez sempat nangis juga. Atau misalnya saya encourage dia untuk ikut lomba gambar, lomba paduan suara dan lain sebagainya. Setelah kuliah, saya memberikan pengertian bahwa masa kuliah dia hanya 4 tahun, karena biaya yang tersedia juga cuma buat 4 tahun. Maka alhamdullilah dia lulus dengan baik dan ditambah beberapa prestasi non akademik yang dia capai dan dia senangi.

Manusia membutuhkan need for achievement untuk bisa maju dan kreatif dalam menata hidup. Karena Kez punya kebutuhan itu, maka setiap awal tahun dia membuat listing apa yang ingin dicapai baik secara personal maupun secara professional – dan bagaimana mencapainya. Dari sejak dini saya membiasakan mengobrol dan diskusi dengan anak-anak tentang semua kegiatan mereka, dan dimana perlu saya melakukan coaching. Kadang bertukar pikiran karena mereka juga sekarang sudah berkembang melampaui saya kemampuannya. Tapi komunikasi dua arah ini sangat saya rasakan sebagai jembatan untuk mengetahui sejak dini apakah ada masalah yang sedang dia hadapi dan membicarakan bagaimana mengelolanya. Memiliki kebutuhan akan achievement memang sangat berpengaruh kepada drive kita dalam mengelola hidup, aktivitas sehari-hari, mengembangkan karir, berbisnis, dan seterusnya.

Dalam hubungannya dengan pendidikan anak, perasaan itu bisa ditumbuhkan sejak kecil dengan memberikan motivasi, dan menajamkan instink mereka – bukan saja kemampuan akademis.

Minggu, 20 Januari 2013

ISBA 2012 Blog Award



Thank you ICT Watch Internet Sehat for the appreciation..