Senin, 19 Mei 2008

“Perempuan”

Pagi ini aku terlibat dialog dengan pembantu rumah tanggaku, si Win, dia telah bekerja dengan ku sudah hampir 1.5 tahun. Win berkata, “Bu sedih ya suami saya kerja di tukang jahit konveksi, tapi sekarang order konveksi gak ada, sedang sepi, jadi sementara disuruh suami saya pulang kampung. Nanti katanya kalau ada order lagi, baru dipanggil”. Lalu aku bilang “Win, itu sudah berlangsung berapa lama?” Ya sudah sebulan setengah, jadi sekarang suami saya menganggur karena mau cocok tanam sekarang sudah musim kering di kampungnya di daerah Cianjur Selatan sudah kering tidak ada air. Aku bilang, Win suami mu harus mulai berpikir mau mengerjakan apa. Karena kamu bakal punya anak (si Win ini sedang mengandung) jadi pasti banyak ongkos untuk melahirkan dan membesarkan bayi. Kamu juga harus rajin menabung ya.... Win hanya tersenyum bingung...

Kira-kira dua minggu lalu aku juga terlibat dialog dengan tukang pijet ku Mbok Jiyem. Dia bilang kepadaku ”Bu, sekarang order pijet sepi. Kalau dulu setiap hari saya bisa 2-3 orang yang telpon minta dipijet, sekarang sehari satu orang saja belum tentu. Padahal kan suami saya kerja bangunan juga sangat tidak pasti, wong harga material sekarang pada naik, jadi order bangunan juga sepi”. Sambil mendengar celoteh Mbok Jiyem dan merasakan enaknya pijetan, aku berpikir... wah si Mbok Jiyem ini tulang punggung juga buat keluarganya dan sekarang ekonominya menurun. Aku mencoba menerangkan bahwa pijet bagi keluarga2 pelanggan kamu mungkin sekarang sudah jadi prioritas ke sekian, karena dana keluarga untuk membayar kebutuhan utama misalnya listrik, telpon dan makanan. Mbok Jiyem mengangguk2, lalu dia bilang. ”abis saya mau dagang kue2 juga terlalu sering diutang sama tetangga2”... duh.

Aku juga jadi inget, dua hari lalu aku menelpon seorang ibu tetangga di Komplek perumahan dimana aku tinggal. Dia punya bisnis air kemasan isi ulang. Aku sudah lama berlangganan dengan dia, tiba-tiba aku mendengar kabar bahwa perusahaan air minum kemasan itu dijual kepihak lain. Aku jadi ragu, jadi aku telpon dia.. lalu kita ngobrol.. Tin aku udah gak sanggup menjalankan itu lagi. Selain aku gak punya pembantu, ada kecenderungan pelanggan berhutang. Kalau ditagih marah. Lho padahal dia yang berhutang tapi dia yang marah.. Lalu lama-lama kok berat ya, jadi aku hanya konsentrasi bikin Yogurt untuk dijual.”... Oh aku bilang yah asal orang yang membeli itu tetap melakukan proses higienis yang sama dengan standard kesehatan. Dia meyakinkan aku bahwa itu tetap dilakukan.. tapi tetap terdengar nada berat dalam bicaranya..

Aku membuat judul ”Perempuan” karena dari ketiga kisah contoh diatas aku melihat fakta bahwa perempuan itu mahluk yang ulet (resilient) dan pada saat dia harus menjadi tulang punggung keluarga ya semua dijalankan. Pada saat menemui kesulitan juga terbukti dia kreatif mencari jalan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Secara relatif tidak banyak gengsi-gengsian, walau pekerjaan apa saja tapi mau dijalankan asalkan keluarga mendapat nafkah. Dan jangan salah, pada kelompok menengah atas diantara teman-teman perempuanku juga sudah beberapa yang mengalami suaminya di PHK atau disuruh pensiun dini sehingga istri menjadi tulang punggung.

Perempuan menjadi tulang punggung memang sudah jamak di Indonesia, tetapi dengan kemerosotan ekonomi hal ini menjadi lebih meluas di banyak lapisan masyarakat.

Disatu sisi, kita wajib bangga ya jadi perempuan, karena berhasil menyajikan keberlangsungan kehidupan yang lebih berkualitas. Apalagi kalau perempuan itu rajin beribadah dan bisa menjadi pengayom bukan saja secara materiel tetapi juga secara rohani bagi suami dan anaknya. Sedangkan disisi lain, karena dia juga ibu rumah tangga, maka sering kali dialah yang membuka wawasan anak-anaknya untuk lebih maju dan terdidik, membukakan jalan untuk anak agar banyak berkreasi dan yang terpenting memberikan bekal moralitas dalam kehidupan bermasyarakat.

Kamis, 15 Mei 2008

Internal Communication Channel

Komunikasi internal dalam sebuah perusahaan sangat diperlukan agar karyawan dapat bekerja selaras dengan berbagai kebijakan perusahaan dan sesuai dengan target yang diharapkan.

Ada beberapa pendekatan untuk merencanakan sebuah komunikasi internal. Yaitu dengan dipilihnya beberapa media komunikasi internal disesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan kepada karyawan. Beberapa media komunikasi (communication channel) yang dikenal adalah sebagai berikut :

  1. Manager – employee communication : Ini adalah komunikasi yang paling sederhana dalam pekerjaan sehari-hari. Dapat dilakukan kapan saja oleh seorang manager kepada anak buahnya. Bisa dalam rangka choaching atau mentoring atau dalam suasana sosial misalnya pada saat makan siang bersama.
  2. Unit Meeting : Ini adalah rapat mingguan sebuah divisi atau unit kerja untuk membicarakan kemajuan pekerjaan atau pencapaian unit dimaksud. Rapat ini juga bisa digunakan untuk problem solving atau meninjau kemajuan proyek.
  3. Board of Directors Meeting : Ini adalah rapat anggota BOD yang diselenggarakan untuk membicarakan masalah-masalah inti perusahaan dan sangat berhubungan langsung dengan pencapaian bisnis di perusahaan tersebut. Di rapat ini juga dapat dibicarakan masalah karyawan yang luas dan berdampak besar bagi produktivitas perusahaan.
  4. Employee General Meeting : ini adalah rapat keseluruhan karyawan yang umumnya diadakan ½ tahun sekali. Gunanya untuk memberikan gambaran pencapaian bisnis perusahaan dan beberapa pengumuman penting sehubungan dengan perubahan struktur organisasi, misalnya. Pada kesempatan ini juga sangat baik digunakan untuk mengumumkan Award kepada beberapa individual yang berprestasi, gunanya untuk memberikan semangat kepada karyawan yang lain.
  5. Executive Coffee Session: Ini adalah sebuah inisiatif dari pihak eksekutif untuk mengundang beberapa karyawan dari berbagai divisi untuk berdiskusi secara terbuka dengan pimpinan perusahaan. Sangat baik untuk dilakukan secara berkala untuk melihat kesehatan perusahaan secara menyeluruh. Hal ini juga baik untuk menfasilitasi masalah-masalah yang tidak terselesaikan di tingkat people manager, sehingga karyawan dapat langsung menyampaikannya kepada pimpinan perusahaan. Apabila perusahaan akan melakukan hal ini, sebaiknya diadministrasikan dengan baik siapa-siapa saja yang telah diundang dan masalah apa saja yang perlu penangan segera. Untuk kemudian disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
  6. Bulletin Board : Ini dipergunakan oleh divisi komunikasi untuk melakukan komunikasi publik. Misalnya dibuat bulletin board pada setiap lantai agar karyawan dapat melihat pengumuman, foto-foto sebuah acara, award atau penghargaan, dan hal-hal lain yang sifatnya lebih informal. Ini dibutuhkan untuk meringankan stress karyawan yang dapat istirahat sesaat untuk membaca hal-hal ringan yang bermanfaat. Misalnya penangan sebuah penyakit yang sedang berjangkit dan lain sebagainya.
  7. Newsletter : ini juga dikendalikan oleh divisi komunikasi bekerja sama dengan Marketing. Newsletter dapat digunakan secara internal agar semua karyawan sadar berita dan dapat membantu komunikasi eksternal dengan bahan-bahan dari newsletter tersebut. Umumnya ini berkaitan dengan produk perusahaan yang sedang dipasarkan.
  8. Intranet : ini adalah website yang diperuntukan bagi komunitas internal. Disini bisa disimpan berbagai peraturan perusahaan yang dapat diakses oleh para karyawan. Intranet ini harus diupdate setiap saat agar bisa dijadikan acuan pada saat bekerja sehari-hari. Pada era belakangan ini intranet juga bisa digunakan untuk media konsultasi antara karyawan dengan manajemen.

Media komunikasi diatas sifatnya resmi dan diatur oleh perusahaan dalam hal ini Human Capital Department. Karena saat ini hampir seluruh perusahaan telah menggunakan jasa internet, maka komunikasi melalui email, sms dan video conferencing dapat dilakukan kapan saja dan darimana saja. Hanya yang perlu diingat adalah semua hasil pembicaraan tersebut harus dicatat dalam sebuah minutes of meeting, agar kelak bisa digunakan sebagai kontrol kilas balik atau untuk kepentingan audit.

Kemajuan teknologi tidak membatasi pertemuan / komunikasi tatap muka, oleh karena itu sebaiknya para karyawan membiasakan dirinya dengan teknologi baru yang digunakan oleh perusahaan. Misalnya fasilitas telephone yang canggih, messaging, video conferencing, chatting, dan lain sebagainya.

Karyawan perusahaan yang terus menerus diberi informasi, akan membentuk sebuah kebersamaan dalam usaha, dan satu bahasa dalam pencapaian target bisnis. Kesadaran akan suatu masalah dapat menciptakan solusi yang cepat dan tepat. Tentunya kerahasiaan juga dijaga dengan baik dengan cara memilah-milah informasi mana untuk kalangan mana.

Jumat, 09 Mei 2008

Upaya Menjaga Keseimbangan Jiwa Pekerja

(dimuat oleh Majalah Human Capital pada tahun 2005)


Seringkali kita mendengar bahwa tingkat produktivitas karyawan banyak dipengaruhi oleh kehidupan yang seimbang. Artinya bila karyawan mempunyai kegiatan kantor dalam porsi yang seimbang dengan kehidupan pribadinya, maka diharapkan mereka dapat memberikan kontribusi kinerja yang sangat tinggi. Perusahaan-perusahaan harus mempertimbangkan bahwa karyawan adalah asset nomor satu yang harus disempurnakan dari waktu ke waktu. Sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan perusahaan disamping nilai penjualan misalnya, maka tingkat keseimbangan antara pekerjaan dan waktu pribadi bisa mempengaruhi tinggi rendahnya berhentinya karyawan (attrition rate).

Perusahaan semestinya memperhatikan hal ini dan ada berbagai cara yang bisa dilakukan, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai program untuk karyawan. Sebelumnya harus dianalisa dari sudut mana masalah ini akan dikelola.

Beberapa kemungkinan pendekatan yang paling sesuai dengan masalah yang dihadapi karyawan sehari-hari antara lain:

· Kesehatan

· Beban kerja

· Kualitas hubungan antara manusia

· Work Style

Marilah coba kita bahas satu persatu dan bagaimana elemen-elemen diatas berhubungan dengan kualitas kerja karyawan.


Kesehatan

Dalam dunia bisnis yang semakin hari semakin memberikan tekanan yang tinggi, maka kesehatan karyawan sangat penting. Baik kesehatan fisik maupun kesehatan emosional. Seorang karyawan yang sangat sadar dengan kesehatan mereka, apa bila diteliti akan produktivitas yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang acuh kepada kesehatan.

Sebagai ilustrasi, seorang karyawan yang sadar akan nutrisi yang sehat, berolah raga secara teratur, pandai membagi waktu, pandai mengelola stress, pandai bergaul akan menghasilkan seorang karyawan yang handal. Sebaliknya seorang karyawan yang menderita kelelahan fisik karena kurang berolah raga, kurang pandai membagi waktu antara kerja dan lingkup sosial, besar kemungkinan ia akan menemui berbagai kendala dalam bekerja.

Analisa kondisi kesehatan karyawan bisa dimulai dengan menganalisa keluhan penyakit yang sering diderita karyawan. Ini bisa dimulai dari claim medis yang datanya bisa didapat di HRD departemen. Dari sana bisa dianalisa apakah sebagian karyawan sering menderita flu misalnya, atau tekanan darah tinggi, atau penyakit yang lain. Setelah dianalisa keluhan terbanyak karyawan kemudian bisa dibuatkan program untuk penanggulangan atau antisipasi. Contoh-contoh program yang bisa dibuat misalnya:

· Edukasi mengenai masalah kesehatan : misalnya dengan memanggil dokter spesialist yang bisa memberikan presentasi mengenai nutrisi yang sehat. Diet yang baik dan olah raga yang harus dilakukan oleh pekerja dengan tingkat stress yang tinggi.

· Mengundang seorang psychologist yang akan menerangkan bagaimana karyawan bisa mengelola stress ditempat kerja.

· Secara periodic (misalnya 3 bulan sekali), karyawan diberikan nutrisi sehat seperti buah-buahan sambil diberikan artikel singkat tentang manfaat buah bagi kesehatan.

· Memberikan tawaran untuk menjadi member sebuah club fitness (optional) dengan subsidi dari perusahaan.

· Menyelenggarakan employee gathering diluar gedung, misalnya dengan mengadakan tea walk yang diikuti dengan game2 yang sehat. Acara ini juga bisa digunakan sebagai reward untuk kerja keras karyawan dalam setahun.

· Children party, umum dilakukan perusahaan besar untuk memberikan kesempatan keluarga karyawan mendapat hiburan segar. Hal yang umum dilakukan juga semacam Family day.

· Children@work, acara ini bisa diselenggarakan untuk anak-anak karyawan yang diundang ke tempat kerja orang tuanya agar dapat melihat bagaimana sebenarnya dunia kerja. Acara ini juga bisa diikuti dengan berbagai games berdasarkan usia anak. Acara seperti Children Party dan Children@work bisa diserahkan sebagai project kepada para sekretaris misalnya sebagai Committee. Sehingga pada saat yang sama bisa dianggap sebagai program pengembangan bagi para sekretaris.


Beban Kerja

Sebagai salah satu tugas para manajer adalah mengawasi keseimbangan beban kerja para karyawannya. Analisa mengenai hal ini bisa melalui survey karyawan, atau wawancara dengan karyawan oleh manajernya masing-masing. Keseimbangan beban kerja sangat mempengaruhi kondisi moral karyawan. Beban kerja yang terpantau dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Tugas menajemen untuk mencari solusi menyeluruh apabila ada kendala yang jelas. Semuanya ini harus dipertimbangkan mengingat proses kerja secara keseluruhan jangan sampai terganggu. Berikut ini kemungkinan penyelesaiannya

· Apakah ada proses bisnis yang dapat di sederhanakan atau di mekanisasi. Apakah ada aplikasi software yang bisa digunakan untuk membantu situasi ini ?

· Mata rantai proses yang disederhanakan

· Apakah perlu menambah staff

· Apakah perlu reorganisasi

· Apakah ada pendidikan khusus yang harus diberikan kepada staff untuk meningkatkan produktivitas.

Kualitas hubungan antar karyawan

Komunikasi antara atasan dan bawahan serta policy “open door” sangat besar artinya bagi kesehatan moral karyawan. Tetapi hal ini sangat tergantung dari sikap para eksekutif di perusahaan tersebut. Ada beberapa channel komunikasi yang bisa dilakukan untuk menyikapi hal ini, misalnya:

1. Dari level yang paling kecil, yaitu unit meeting seminggu sekali. Hal ini selain bisa digunakan sebagai sarana untuk memantau kemajuan pekerjaan, sekaligus sebagai media komunikasi antar karyawan dan manajer bisa ada uneg-uneg yang perlu disampaikan.

2. One-on-One, pertemuan karyawan dengan manajemen untuk issue yang sangat sensitive. Karyawan seyogyanya diperbolehkan untuk meminta pertemuan dengan top manajemen bila dirasa perlu, biasa disebut dengan “Executive Interview”.

3. Pimpinan perusahaan melakukan “Coffee Session” dengan karyawan dari berbagai divisi. Hal ini perlu dilakukan untuk melihat apakah ada issue antar departement yang perlu disikapi. Program ini harus dikelola oleh HRD, karena apapun hasil diskusinya akan dibawakan di rapat bulanan para manajer.

4. President Director Memo – bisa dikirimkan kepada karyawan secara periodic untuk menginformasikan berbagai policy perusahaan atau tentang hasil kinerja perusahaan secara menyeluruh.

5. Bulletin board – yang bisa dikelola oleh Communication Department bisa menampung berbagai kegiatan perusahaan dengan foto-foto yang atraktif untuk membangkitkan semangat kerja. Disini juga bisa dipasang misalnya karyawan berprestasi, penerima spesial award atau best sales person, misalnya.

6. Intranet perusahaan yang dapat memberikan informasi yang sangat luas bagi karyawan, mulai dari peraturan perusahaan, konsultasi melalui chatting dengan HRD. Intranet perusahaan biasanya dikelola oleh IT Department yang bekerjasama dengan Comms department.

Pada sisi religious, sangatlah baik untuk memberikan kesempatan karyawan untuk melakukan ibadah menurut agama mereka masing-masing, dengan cara menyediakan sarana ibadah seperti “praying room” untuk muslim dan kegiatan misa setiap minggu untuk mereka yang beragama Kristen. Acara tahunan seperti Buka Puasa Bersama atau Halal Bihalal serta Acara Natal akan mendekatkan hubungan antar karyawan maupun karyawan dengan atasan yang sifatnya sosial, jadi bukan melulu urusan pekerjaan.


Work Style

Bila kita hidup dan bekerja di Jakarta atau di kota-kota besar lainnya, maka pulang pergi dari rumah ke kantor saja sudah memberikan stress tersendiri. Ini disebabkan karena semua kegiatan perusahaan harus dilakukan di kantor. Dengan memberikan “fleksibilitas” kepada para karyawan untuk dapat bekerja dari rumah maka hal itu secara signifikan akan mengurangi stress para karyawan. Tentu saja policy ini mempunyai beberapa konsekuensi, tetapi di era internet sekarang ini, pola bekerja dari remote area sudah sangat umum. Gaya bekerja seperti ini disebut “mobile working” yaitu karyawan dibolehkan bekerja dari remote location, bisa dari rumah, airport, dari lokasi pelanggan dan lain sebagainya. Sebagai dukungan, perusahaan menyediakan notebook bagi setiap karyawan yang eligible, dan sambungan telpon dari rumah ke kantor untuk akses internet 24 jam. Perubahan gaya bekerja ini juga ditunjang kemajuan teknologi telepon genggam yang sudah bisa mengakses internet dan email. Kecepatan penyampaian pesan sangat bergantung dari peralatan tersebut. Proses pendukung juga perlu disiapkan, misalnya setiap karyawan yang sedang bekerja dari luar kantor, telpon kantornya harus di forward ke telepon genggam sehingga tidak ada pesan telpon yang meleset. Kedisiplinan karyawan untuk merepons email juga harus diperhatikan. Pola bekerja seperti ini selain bisa membantu karyawan menyeimbangkan kehidupan mereka, di sisi lain juga bisa menghasilkan penghematan. Ini karena perusahaan tidak harus menyediakan perabotan kantor sejumlah karyawannya, jadi cukup misalnya 1 set perangkat untuk 3 karyawan. Ini juga artinya menghemat sewa ruang kantor. Dari sisi lain, manajer juga harus membiasakan diri ‘tidak bertemu muka dengan staff’ melainkan hanya secara virtual. Kinerja staff dilihat dari hasil akhir tugasnya. Memang gaya ini membutuhkan tingkat kepercayaan yang tinggi dan kredibilitas karyawan sangat dituntut.

Semua elemen tadi menumbuhkan keseimbangan hidup karyawan antara kerja dan kehidupan pribadi atau sosial. Tetapi alangkah baiknya bila semua itu tadi mempunyai ukuran sukses yang jelas, sehingga mudah dievaluasi.


Senin, 05 Mei 2008

Pendidikan Akhlak Harus Mulai dari Rumah

(dimuat di Majalah Kartini, tahun 2005)

Berbagai tayangan di televisi dan artikel di media cetak tentang berbagai tindak kejahatan, demo yang berakhir anarkis, tawuran pelajar dan mahasiswa, menyampaikan pesan bahwa sudah sedemikian terpuruknya akhlak moral manusia Indonesia, terutama yang berada di kota-kota besar.

Hal ini sangat memprihatinkan terutama karena Indonesia sedang dilanda masalah multi dimensional mulai dari kemiskinan, kesehatan, bencana alam, korupsi dan turunnya secara drastic moral bangsa.

Berbagai masalah di surat kabar mulai dari anggota DPRD DKI yang dinaikan penghasilannya ditengah jeritan masyarakat karena kenaikan harga BBM, sampai masalah perampokan di bis kota, diatas taxi atau di daerah perumahan penduduk yang sudah seperti kejadian sehari-hari. Hati saya yang paling dalam bertanya kemana sebetulnya hati nurani kita dalam kelompok masyarakat kok hal-hal seperti itu terus saja terjadi.



Semuanya tampak seperti benang kusut, membuat masyarakat jadi apatis dan sedih berkepanjangan.

Dalam lamunan memikirkan itu semua saya bertanya kepada anak saya yang sekarang duduk di kelas 2 SMU. Nak, apakah kamu mendapat pelajaran ahklak di sekolah. Dia masih meminta saya untuk mengklarifikasi apakah yang dimaksud adalah pelajaran budi pekerti. Saya katakan itu bisa menjadi bagian dari pelajaran agama, tapi yang saya maksud intinya adalah – apakah kamu diajarkan hal-hal mendasar, seperti misalnya kalau kamu mendapat tugas menjadi bendahara kelas tidak boleh salah menghitung uang dan tidak boleh menyelewengkan satu sen pun. Bila kamu berjanji dengan guru atau teman harus ditepati, bila kamu berorganisasi bersikaplah yang baik jangan sampai menyakiti perasaan orang dan jangan otoriter. Bila meminjam barang teman harus dikembalikan dan jangan sampai rusak, bila ada teman wanita yang disakiti secara fisik harus dibela… dan seterusnya. Anak saya menjawab.. oh iya itu saya dapat hanya di SD menjadi bagian dari pelajaran Agama tapi hanya diberikan seminggu sekali selama 1 jam.

Lalu saya merenung lagi, yah mungkin itu mestinya dikembangkan dirumah mulai sejak dini anak harus diajarkan mempunyai moral agama dan moral pergaulan social yang peka. Jadi ingat tayangan di televisi tentang Bapak SBY yang sedang duduk dengan keluarganya sambil mengatakan bahwa pendidikan dimulai dari rumah. Yah, alangkah idealnya. Karena mungkin Pak SBY tidak seperti bapak-bapak lain yang sibuk memikirkan besok pagi keluarga saya mau dikasih makan apa karena tidak bekerja…

Dalam dialog dengan anak saya juga pernah dibahas masalah pergaulan bebas. “Ibu, sebetulnya apa yang ibu ajarkan sih kok sekarang ini kalau aku keluar malam dengan teman-teman, begitu jam menunjukan jam 10.00 malam aku sudah gelisah dan ingin segera pulang.” Tanya anak saya suatu hari. Saya terdiam sejenak, memang tidak pernah secara implicit saya mengatakan padanya bahwa ada jam malam dirumah harus pulang sebelum jam 24.00. Tapi saya selalu berdiskusi dengan mereka tentang bagaimana menjaga diri dan kehormatan terutama sebagai wanita. Lalu anak saya berkata lagi, bahwa temannya mengatakan jarang lho jaman sekarang dimana remaja wanita punya internal alert system dalam dirinya.

Moral keluarga memang tanggung jawab kepala keluarga, tetapi secara bangsa mungkin pendidikan harus pegang peranan. Apakah kita butuh 1000 orang A.A Gym untuk berdakwah tentang ahlak ke seluruh Indonesia agar moral kita tidak makin terpuruk ? Apakah tayangan televisi semacam Bedah Rumah, atau Rezeki Nomplok yang notabene membantu rakyat miskin harus diperbanyak untuk menggantikan sinetron yang penuh dengan kekerasan?

Semoga setiap individu tergelitik untuk mengupayakan hal yang sangat mendasar ini. Dan marilah kita mulai dari rumah sendiri…