Rabu, 05 Desember 2012

Respect for the Individual

"Respect for the individual" adalah istilah ketika kita mampu menghormati keberagaman dan menciptakan lingkungan kerja saling menghormati dan memperlakukan orang dengan respek. Sikap ini merefleksikan nilai-nilai budaya yang kita junjung dan percayai.&n

bsp; Istilah itu juga mengandung arti kemampuan untuk memperlakukan orang lain dengan terhormat, mau mendengar opini orang lain, serta mendukung sesama teman kerja ketika mereka butuh bantuan baik secara profesional maupun secara personal.
Bersikap etis artinya “mengatakan apa yang hendak kita perbuat, dan melakukan apa yang pernah kita ucapkan”.   Bersikap etis mencerminkan seseorang mempunyai integritas yang tinggi, mampu merespek orang lain, selalu berusaha melakukan hal yang  terbaik.  Ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang menjadi pribadi yang etis atau kurang etis, misalnya apakah individu ini bisa menggabungkan kepercayaan pribadinya dengan apa yang terjadi di tempat kerjanya.  Apabila nilai-nilai yang dianut kurang lebih sama, maka dia dengan mudah akan mampu menyesuaikan diri.  Setiap perusahaan biasanya menargetkan hasil kerja yang telah ditentukan – tetapi yang juga penting adalah sikap profesional seperti bagaimana karyawan mempunyai rasa memiliki pada pekerjaannya, bertanggung jawab dan mengutamakan hasil kerja. 
Dalam lingkungan kerja sehari-hari, seorang karyawan akan menghormati pimpinannya apabila dia juga diperlakukan dengan terhormat.  Misalnya apabila ada karyawan yang kinerjanya kurang bagus, sebaiknya dipanggil dan ditanya mengapa kinerjanya menurun.  Masalah pribadi karyawan sebaiknya tidak dibicarakan secara terbuka, karena dengan menjaga kerahasiaan seorang karyawan artinya pimpinan menghormati karyawan ini dan peningkatan kerja dengan lebih mudah akan tercapai. Pemimpin yang demikian adalah pemimpin yang memperlakukan karyawan selaku mitra usaha untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan untuk jangka panjang.


Motivational Leadership

Pada perusahaan2 startups perlu dikembangkan motivational leadership.  Kadang perusahaan pemula belum mempunyai proses kerja yang lengkap dan pembagian tugas yang seimbang.  Seorang leader yang mengembangkan bisnis, merangkap mengawasi operasional sehari-hari sekaligus mengerjakan fungsi sales, akan kesusahan apabila ada karyawan yang mendadak keluar.  Maka turnover jadi tinggi karena pemimpin tidak sempat melakukan langkah2 yang bisa membuat karyawan betah kerja di perusahaan mereka.

Salah satu aspek motivational leadership adalah sikap terbuka akan ide2 baru, dan bersedia untuk selalu berubah sesuai dengan kebutuhan perusahaan.  Pemimpin jangan henti member

ikan inspirasi tentang cara kerja yang lebih efisien, tentang gaya komunikasi yang proaktif, serta tujuan perusahaan secara menyeluruh baik jangka pendek maupun jangka panjang.  Dengan berbagi hal-hal tersebut dengan karyawan, maka karyawan akan lebih mengerti mengapa suatu kebijakan harus diambil, dan kemudian mereka bisa menyelaraskan kebiasaan bekerja sesuai dengan tujuan akhir perusahaan.

Memotivasi karyawan adalah hal penting lainnya yang harus diperhatikan.  Kadang ada waktunya perusahaan menghadapi jumlah proyek yang sangat banyak dan membuat volume pekerjaan setiap karyawan meningkat tajam.  Inilah masa dimana seorang pemimpin harus memberikan motivasi positif kepada karyawannya agar pekerjaan bisa diselesaikan dengan baik dan terstruktur.  Apabila ada karyawan yang sangat bagus kinerjanya segeralah diberikan reward dan diumumkan didepan semua karyawan.  Hal ini untuk memotivasi karyawan lain agar berbuat yang sama, dan memandang pekerjaan mereka yang berat dan banyak sebagai jembatan untuk mendapat penghargaan dan pengakuan.

Cara lain untuk memotivasi karyawan adalah sistem mentor.  Karyawan senior berlaku sebagai mentor dari karyawan baru dan bertanggung jawab dalam pengembangannya.  Pengembangan kemampuan kerja karyawan bisa dilakukan dengan berbagai cara selain memberikan training, yaitu memberikan tugas2 yang diukur standar suksesnya.  Dengan mengukur tingkat kesuksesan suatu tugas maka dapat dilihat pencapaian seseorang dalam mengerjakan hal2 yang menjadi pekerjaannya.  Bagi mentor pekerjaan pengembangan karyawan ini bisa dipakai sebagai wahana menunjukan rasa kepemimpinan pada manajemen dan bisa dipakai sebagai bagian dari point yang akan dievaluasi pada akhir tahun.

Role modelling atau memberikan contoh perilaku, cara kerja, kebiasaan kerja dan bersikap di kantor juga bisa memotivasi karyawan untuk bekerja lebih giat.  Seorang pemimpin yang datang ke kantor tidak tepat waktu, dan pemberian bonus yang tidak mempunyai jadwal tetap, atau karyawan yang lalai tidak ditegur, akan memberikan citra buruk dihadapan karyawan.  Sebisanya seorang pemimpin harus memberikan contoh2 yang positif dan produktif. Semua karyawan harus diperlakukan sama, tidak ada anak emas dan dihormati kebutuhan2nya.  Nilai2 organisasi akan mencerminkan bagaimana culture perusahaan tersebut.