Jumat, 19 Desember 2008

"Hari Ibu"



Hari Ibu sudah dekat, anakku lewat YM sudah menanyakan Ibu mau kado apa? Aku hampir lupa, tapi lalu ingat ini kan hampir Desember 22.. Hari Ibu.. Anak-anaku punya tradisi untuk menyenangkan ibunya pada Hari Ibu. Sungguh suatu hal yang harus disyukuri.

Teringat aku kala Ibu ku masih berada ditengah kita semua. Ibu saya adalah sosok yang sebetulnya kurang banyak bicara dengan anak-anaknya, tetapi sangat berwibawa. Beliau adalah ibu rumah tangga sejati, sangat penyabar walaupun punya anak 4, yang tiga pertama laki-laki semua dan nakal-nakal semua. Ibu adalah istri seorang anggota Polisi, sehingga dalam penugasannya kadang ditempatkan diluar Jawa.

Aku ingat dahulu waktu anaknya masih kecil, kami tinggal di Ambon. Makan beras merah dan sulit mendapatkan sayur mayur. Karena dahulu sayuran dipasok dari Makasar, jadi kalau ada kapal dari Makasar, ya datanglah sayuran buat kami. Karena anaknya masih kecil-kecil, dan butuh nutrisi seimbang, Ibu menanam sayuran dihalaman belakang rumah. Ada kangkung, cabe merah, bayam, labu siam, dan lain-lain. Ibu juga pandai memanfaatkan buah2an dari kebun misalnya kedondong untuk dibuat setup atau manisan. Karena mungkin penghasilan seorang polisi waktu itu sangat minim, ibu membantu dengan berjualan donat di halaman depan rumah. Aku suka diajari membuat donat .. Aku ingat pernah suatu hari aku sakit gigi, dan menangis terus. Dia memangku aku sampai semalaman tidur dalam posisi duduk agar aku tidak menangis. Dan itu aku praktekan kala anakku masih kecil dan sakit panas, jadi dia aku dekap sampai lewat tengah malam baru aku tidurkan.

Waktu kami masih tinggal di Magelang, rumah tempat tinggal kami letaknya dekat sawah. Kakak2ku kalau sudah main ke sawah pulangnya membawa belut lalu minta digorengkan.. Ibu biasanya marah-marah karena ”geli” lalu suruh si mbok Cokro untuk menggorengkan buat mereka. Ibu juga yang suka menenangkan kalau Bapak marah2 karena kakak2 nakal. Ibu memang seorang yang tenang dan sangat keibuan, sering mengajarkan agar kakak beradik harus saling menjaga dan berbagi.

Setelah besar dan kuliah, aku selalu ingat bahwa Ibu itu teliti melihat perubahan mood anaknya. Misalnya apakah saya pusing kepala, apakah saya masuk angin dan lain sebagainya. Beliau selalu siap menggosok dan memberi obat lalu menyuruh saya tidur. Kalau soal kesehatan Ibu adalah pemain tunggal. Demikian juga urusan makanan, Ibu adalah juru masak handal.

Selain dari urusan perut dan kesehatan, beliau juga tidak pernah lupa memberikan pesan moral. Misalnya kalau terhadap anak laki-lakinya beliau berpesan : ”Pokoknya kalau bergaul yang bergaullah yang baik, jangan sampai suatu hari nanti ada anak perempuan datang kemari karena hamil dan kamu harus bertanggung jawab”, begitu nasehatnya. Waktu kami sudah dewasa dan satu persatu kakakku menikah dan berkeluarga, beliau sangat menjaga agar apapun yang beliau lakukan adalah adil untuk semua. Beliau adalah panutan saya, kalau sedang kesusahan saya suka merasa dia ada dekat dengan saya untuk memberikan kekuatan. Dalam sholat, aku selalu mendoakan agar beliau tenang di sisi Allah SWT.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

bu.. mau upload foto eyang putri?
yuuk... :D