Komunikasi antara
manager dengan karyawan merupakan hal yang penting dalam organisasi. Karyawan membutuhkan petunjuk dari supervisor
mereka, dan manajemen butuh input dari karyawan. Hampir semua perusahaan tidak punya masalah
berkomunikasi dengan karyawan, tetapi untuk mendapatkan input dari karyawan
lebih sulit. Kalau karyawan memilih diam
dan tidak menyuarakan keinginan mereka, itu bisa berarti kebebasan
berkomunikasi dua arah belum tercapai.
Hambatan seperti ini bisa mengakibatkan kehilangan kesempatan bisnis,
terlambat mencapai tengat waktu atau kegagalan proyek.
Pada beberapa staff
yang pernah bercerita kepada saya, alasan mereka diam antara lain karena
karyawan berpikir “Saya tidak mau terlihat tidak competent”, dan “memangnya
saya siapa berani mengusulkan ide kepada management?”. Alasan lain adalah mereka tahu manager sibuk dengan
perencanaan jangka panjang dan langkah2 strategis, sehingga mereka tidak mau
menginterupsi dengan masalah operasi sehari-hari. Dilain pihak, manajer akan menemui kesulitan
mengukur apakah dia sudah mengelola perusahaan dengan efektif atau belum, tanpa
adanya input dari karyawan.
Cara yang mudah untuk
membuat karyawan berkomunikasi dengan lebih baik adalah membangun interaksi
positif dengan karyawan, dan antara karyawan dengan kelompok kerjanya. Dengan menghilangkan dinding penghalang
komunikasi, maka manajer membantu setiap individu untuk melihat visi strategis
perusahaan dihubungkan dengan tugas individu mereka.
Proses ini bisa
dilalui dengan beberapa cara:
Open door policy: Sampaikan kepada karyawan bahwa
mereka boleh datang, atau minta waktu untuk bicara secara pribadi tentang
permasalahan yang mereka hadapi dalam pekerjaannya. Diskusi ini harus dilakukan
dalam suasana yang tenang dan tidak memberikan tekanan pada karyawan. Kalau hal ini bisa dijalankan, maka
keterbukaan dari arah karyawan akan berkembang.
Komunikasikan visi perusahaan: Komunikasi adalah proses dua
arah. Karyawan mempunyai hak untuk
meminta penjelasan tentang ekspektasi perusahaan, persyaratan kerja dan
parameter ukuran kesuksesan sebuah tugas.
Disisi lain, manager harus mendorong karyawan untuk berkomunikasi dengan
senior team, agar setiap individu mengerti tugas2 orang lain dan apa yang bisa
dilakukan sesuai dengan budget dan target.
Karyawan harus secara proaktif memberitahu manager apa kendala yang
mereka temui di lapangan, dan manager harus bisa membantu. Manager harus mendorong pengertian akan visi
perusahaan dan menerangkan bagaimana pekerjaan yang dilakukan kini bisa
berkontribusi kepada visi tersebut. Oleh
sebab itu input karyawan dibutuhkan untuk pencapaian visi secara keseluruhan.
Berbagi keahlian dan pengetahuan:
Ada baiknya setiap minggu dilakukan unit meeting, dimana seorang
karyawan yang mempunyai pengetahuan dan keahlian tertentu bisa berbagi
pengalaman. Kegiatan ini bisa termasuk
berbagi informasi mengenai hasil survey, tingkat kepuasan pelanggan, atau data2
pencapaian perusahaan. Diskusi semacam
ini bisa merangsang karyawan untuk bertanya atau memberikan usulan.
Ciptakan lingkaran motivasi: Dengan mengkomunikasikan bagaimana
pengaruh pekerjaan terhadap tujuan akhir perusahaan dapat memberikan motivasi
bagi karyawan akan pentingnya peran mereka.
Mengumumkan suksesnya suatu proyek dalam team meeting juga bisa
memberikan motivasi dan menumbuhkan perasaan di apresiasi oleh atasan di depan team. Banyak karyawan yang bekerja bukan semata-mata
mencari uang, tapi ingin mendapatkan pengakuan akan kerja keras mereka.
Menetapkan tingkat kualitas kerja:
Group yang efektif harus membuat dokumentasi tentang pengertian sukses. Sukses bisa berdasarkan beberapa parameter
yang mudah dimengerti oleh karyawan.
Pada setiap jenis kerja bisa diberikan criteria sukses sehingga masing2
karyawan tahu kualitas kerja yang seperti apa yang diharapkan dari mereka. Demikian juga satu karyawan lebih baik tahu
juga apa ukuran sukses dari rekan kerja dari jenis pekerjaan yang berbeda.