Kamis, 18 April 2013

Perubahan Menuju Digital PR


Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, banyak sekali orang berubah dari menggunakan BB ke android. Alasan yang terbesar adalah kemudahan mengakses informasi dan aplikasi bergerak untuk menjunjang kegiatan sehari-hari dan pekerjaan. Para penjual berbagai merk android dengan berbagai cara mempergunakan kesempatan ini agar dagangan mereka laku, bahkan merk tertentu membuat calon pengguna antri berjam-jam untuk membeli produk mereka.

Disamping itu, beberapa perusahaan besar sudah mulai – atau mempertimbangkan untuk membolehkan karyawan menggunakan perangkat bergerak milik mereka untuk bekerja. Program seperti ini biasa disebut BYOD atau Bring Your Own Device. Berarti makin beragam perangkat bergerak yang bisa mengakses informasi dan aplikasi dari luar perusahaan atau dimanapun mereka sedang bekerja.

Sebagai konsekuensi logis dari perubahan ini, lebih banyak anggota masyarakat yang mengakses berita dan informasi dari android mereka dari pada dari media cetak seperti Koran atau majalah. Kalau tidak dari media online, mereka mengakses Twitter untuk mencari jalan yang tidak macet ditengah kemacetan kota Jakarta.

 Bagaimana pergerakan ini akan mempengaruhi cara kita melakukan kegiatan PR?

  • Sudah semakin sulit kita memaksa pembaca bergerak ini untuk membaca tulisan yang lebih panjang dari satu paragraph. Sehingga berita jadi semakin ringkas.
  • Pemain PR harus menyesuaikan skill mereka dari menulis key messages yang panjang dan deskriptif, menjadi singkat dengan kata-kata yang mengena. Mereka juga harus menguasai tools2 video editing, dan perangkat digital lainnya. 
  • Visual semakin banyak disukai, dan mendapat perhatian lebih banyak, karena orang dalam waktu beberapa detik sudah dapat melihat jatuhnya pesawat di Bali dari fotonya saja misalnya.
  • Dalam membuat PR strategi juga harus disesuaikan dengan perubahan ke dunia digital agar mencapai target pembaca yang diinginkan.
  • Siaran pers mungkin tidak lagi diberikan kepada media dalam format cetak atau soft copy, tapi dalam bentuk video atau foto2 digital. Oleh sebab itu PR staff harus menguasai video editing dan pengambilan gambar yang memadai. Hal ini juga banyak manfaatnya bagi stasitun TV yang belakangan ini banyak bermunculan.  Dari segi Media, mereka juga terus mencari cara untuk mempercepat sajian kepada para pembaca/penontonnya.   Mungkin ada masih ingat di beberapa kesempatan video yang diambil oleh masyarakat umum dengan smartphone mereka dapat dimunculkan di media besar seperti peristiwa bom Boston baru-baru ini.
  • Bagaimana PR bisa mempergunakan social media sebagai salah satu channel untuk terhubung dengan pelanggan yang dituju. Kreatifitas sangat dibutuhkan untuk menggunakan channel ini, seperti misalnya bagaimana membuat link dari FB ke website perusahaan atau ke site lain yang dikehendaki. Hampir semua perusahaan besar sudah membuat akun Facebook atau Twitter untuk memudahkan pembaca atau pelanggan mengakses website mereka dan mendapatkan update terkini tentang produk dan layanan mereka.
  • Harus pandai mencari tahu bagaimana “search” engine Google bekerja. Gunakan keywords yang tepat dalam website perusahaan agar masuk ke halaman pertama pencarian orang apabila mereka mencari tahu tentang industri perusahaan client.
  • Ukuran sukses tidak lagi bisa diukur dengan jumlah kliping yang kita kumpulkan. Harus ditemukan cara baru antara perusahaan PR dengan client bagaimana mengukur kesuksesan sebuah kegiatan PR.
Industri marketing and communication memang yang paling terdampak dengan perubahan ini, oleh sebab itu keduanya harus bergerak bersama untuk menciptakan sinergi yang tepat.
 

Rabu, 03 April 2013

Tradition or No Tradition

Wedding in Indonesia always include question whether we are going to use tradition or not.  Using tradition will have some consequences such as the effort is high and the overall budget is higher.  Some families then do the tradition in partial way, but I think that is not the point.  Tradition from any part of Indonesia for wedding has many regulations, and it has a deep meaning or philosophy for both bride and groom.  In my opinion, if you want to do it do it totally and completely, so it will imprint to both parties for long time.  Otherwise better not to do it at all.  Therefore, we can concentrate to do the Akad Nikah and made the ceremony according to Moslem requirement and legality.




Along the way, it is not as simple as that.  Sometime the other family requested one or two of the traditions need to be executed.  So the other side has to agree to do it as well, because both sides must do the same.  Again, these bring some consequences in the area of need more budget, efforts, involving more vendors and helpers, which cannot be avoided.  It is because both parties are not making a clear and complete agreement for both families what else that are going to be done besides the ceremony of Akad Nikah and Reception.  If this is settled then maybe the complexion of  unnecessary effort and time from both side can be avoided.

Vendor or consultant who is giving services to handle and execute the tradition is varying.  It is better if you choose the one who can provide all details necessary requirement for the ceremony including clothing, flower, decoration, MC, traditional foods, and consultation.  If we do separately, it will take more efforts.  Using tradition during wedding also needs longer planning period and more references to select the professional traditional wedding organizer.

After all the party gone, if we ask the bride and groom whether they still remember what are the meaning of each of the tradition step we were conducting during their wedding, I am sure they don’t remember a thing.  So why we should run something that in real life we do not use that philosophy anymore.  Young people are practical generation; therefore I would rather stick to give them religious messages and advises to run their family life, make it short simple and easy to remember and implement in real life.

So my advice to those who will hold their wedding party, please make sure both family are agree on the tradition.  In the case if both family came from different part of Indonesia, look for agreement which tradition will be followed.  Avoid debating on this; be flexible because it involves big families’ decision. Do not ashamed if you will not be able to run the show because of budget constraint.  Better be open and when agreed upon, do it sincerely.